Kamis, 29 Maret 2012

SPLIT PERSONALITY dan MATINYA CINTA SEJATI

    Hallo teman-teman ku yang cantik-cantik dan ganteng-ganteng, kali ini saya akan membahas tentang split personality (kepribadian yang pecah) dan matinya cinta sejati. Mungkin sebagian dari kalian pasti bertanya-tanya apa sih yang dimaksud dengan split personality dan matinya cinta sejati, daripada berlama-lama lebih baik kita liat aja yuk apa sih arti dan maknanya. Capppppccuuussss……..

    Mungkin kita tidak pernah menyadari, bahwa telah terjadi sikap dikotomis dalam kehidupan kita. Pada situasi keagaamaan tertentu seperti dalam shalat, di masjid, mengikuti majelis taklim, dan lainnya kita senantiasa memproklamasikan sebuah persaksian religius (syahadat) bahwa tidak ada Tuhan selain Allah. Dan tidak ada Dzat yang Maha besar selain Allah, dan tidak ada Dzat yang layak dijadikan tumpuan cinta selain Dia. Namun pada situasi kehidupan keseharian lain yang frekuensi dan alokasi waktunya jauh lebih besar disbanding situasi keagamaan, kita secara besar-besaran mempertuhankan hawa nafsu, memahabesarkan kesibukan dunia, dan lebih mencintai sesuatu selain Allah.

    Kita bedah kondisi diri kita secara objektif di hadapan Allah. Jangan-jangan selama ini, kita hidup betul-betul dengan menampilkan sebuah kepribadian yang pecah (split personality). Pecahan yang satu kecil dan bertuliskan Allah, sedangkan pecahan yang lain besar. Bentuknya besar sekali dan bergambarkan setan,bertuliskan hawa nafsu dan bertahtakan cinta dunia. Kita harus berani mengakui bahwa model keberagamaan yang pecah  seperti di deskripdikan di atas adalah tipe keberagamaan “dua muka”. Muka yang satu menghadap Allahbketika shalat, ketika di masjid, atau ketika ngaji misalnya ; namun saat bekerja, saat bergaul dengan masyarakat, saat berbisnis, saat berpolitik dan lain sebagainya, muka satu lagi tunduk pada setan dan hawa nafsu. Padahal Allah SWT. Secara tegas memerintahkan kita agar menghambakan diri hanya kepada-Nya. Allah berfirman,
    “…Dan hadapkanlah wajahmu dengan utuh-lurus kepada agama (Allah)… (Ar-Rum:30). “

    Menurut kalian CINTA itu punya tingkatan gak sih??? Ayo,,, siapa yang tahu. Silahkan acungkan tanganmu. Atau malah ada yang gak tau kalau ternyata CINTA itu punya tingkatan juga lho… daripada penasaran lebih baik saya jelasin aja deh apa aja Tingkatan CINTA itu….

    CINTA dalam bahasa Arab adalah al-hub atau al-mahabat. Maksudnya wadahu, yakni kasih atau mengasihi. Menurut Al-junaid, cinta adalah kecenderungan hati. Dengan demikian, cinta secara umum dapat didefinisikan sebagai perasaan jiwa dan dorongan hati yang menyebabkan seseorang condong kepada apa yang dicintainya dengan semangat mengasihi dan menyayanginya.

Abdullah Nashih Ulwan ,embagi cinta dalam tiga tingkatan sebagi berikut :
1.  Al- Mahabat Al-Ula.
2. Al- Mahabat Al-Wustha
3. Al- Mahabat Al-Adna.
Pembagian ini dilandaskan pada sinyalemen Allah,

   Katakanlah, “ Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudaramu, istri-istrimu, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu cemaskan kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, semua itu lebih kamu cintai daripada Allah, rasul-Nya, dan berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya. Dan Allah tidka akan member petunjuk kepada orang-orang yang fasik” (At-Taubah; 24).

   Al-Mahabat Al-Ula adalah tingkatan cinta yang pertama yakni cinta kepada Allah dan rasul-Nya serta perkara-perkara yang bertailan denga keduanya. Inilah cinta sejati, cinta abadi. Aapbila cinta sejati ini telah mengeram pada diri seseorang, maka secara meneduhkan dirinya akan mendapatkan ketentraman hati yang hakiki; sebuah ketentraman transeden yang tak pernah terusik oleh kecamuk masalah-masalah duniawi. Allah sebagai Sang kekasih tak akan pernah membiarkan orang yang dengan tulus mencintai-Nya gelisah dan merana dalam hidup. Semerbak kasih saying Allah akan menyebar harum mewangi menelusup ke dalam pori-pori hidupnya. Inilah klimaks keindahan cinta sejati.
    Adapun kecintaan pada keluarga (anak,istri,ibu,bapak,sanak-saudara), harta, takhta, wanita dan segala objek cinta yang bersifat duniawi adalah tingkatan cinta menengah (Al-Mahabat Al-Wustha). Cinta ini harus berada di bawah cinta utama dan pelaksanaannya harus sesuai dengan syariat Allah dan rasul-Nya. Jika cinta menengah ini diangkat mengungguli cinta utama, maka cintanya akan jatuh pada cinta yang paling rendah, cinta yang akan mendatangkan kehinaan (Al-Mahabat Al-Adna). Orang yang  tenggelam ke dalam “samudera tak bertepi” dari Al-Mahabat Al-Adna sebagaimana disinyalir Allah dalam At-Taubat ayat 24 diatas termasuk golongan kaum fasik yang akan selalu mengalami kekeringan hidayah dalam hidupnya. Dalam ayat lain Allah SWT. Juga menegaskan,
"....Dan di anatara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat sanagt cintanya kepada Allah…  (Al-Baqarah:165). "
   Nah, setelah kalian baca tingkatan cinta di atas kira-kira diri kalian termasuk kedalam tingkatan cinta golongan ke berapa?  Selanjutnya saya akan membahas tentang Kematian Cinta Sejati.
Manusia abad ini telah terkontaminasi oleh paham kebendaan (materialisme), sehingga cinta, minat dan kegandrungan hati lebih diorientasikan pada sesuatu yang bersifat riil, konkret, dan teraba oleh pancaindera. Kecintaan pada sesuatu yang gaib dan kasat mata tidak memiliki tempat dalam diri manusia masa kini. Akibatnya, kecintaanpada keluaraga, harta, takhta dan wanita melebihi cinta kepada Allah dan rasul-Nya. Cinta sejati dikalahkan oleh cinta duniawi. Cinta sejati mengalami degradasi secara sungguh-sungguh akan berlanjut pada terjadinya tragedy kematian cinta ssejati. Inilah wujud kematian cinat sejati dalam hidup. Kematian raga hanyalah kematian kecil, namun kematian jiwa (cinta sejati) adalah sebuah kematian besar.

   Bagaimana mengatasi kegersangan hati manusia modern ???

   Salah satu dilema atau yang sering kita sebut dengan galau yang sering menimpa kehidupan manusia abad modern adalah munculnya gejala keranjingan kebendaan (euphoria materi). Hal semacam itu menyebabkan manusia lebih respek kepada aspek lahiriah daripada aspek batiniah. Akibtanya, kegersangan hati atau kehampaan spiritual (lost of soul) sering menjadi trend penyakit jiwa manusia modern dan sering sekali menimpa anak-anak remaja yang sedang dilanda jatuh cinta. Kebanyakan dari mereka sering menyebutnya dengan kata “GALAU”  inilah penyakit hati yang sering membuat anak-anak seusia kita tidak bisa konsen belajar dan mengerjakan hal-hal yang lebih bremanfaat di luar sana karena penyakit hati ini alias si GALAU.

   Telah terjadi kepincangan eksistensi yang sangat memprihatinkan dalam kehidupan manusia abad ini. Kemajuan dan modernitas bidang-bidang fisik-lahiriah, ternyata tak mampu mengguyurkan air keteduhan dan ketentraman kepada kehidupan. Bahkan secara tragis malah menggersangkan kehidupan batin dan hatinya. Akinatnya, manusia sering mengalami kehampaan makna hidup. Kekayaan telah tergenggam, kesuksesan telah tergapai, popularitas telah ternggut, namun kedamaian jiwa, ketentraman hati dan kesejukan hidup hanyalah mimpi di atas mimpi.

   Penyebab utama kegersangan hati sebagaimana disinyalir oleh Ibnul Qayyim Al-Jauziyah dalam kitabnya Fawa’id Al-Fawa’id adalah akibat kerakusan manusia mengejar dunia dengan mengabaikan kehidupan akhirat. Pergaulatan dengan dunia politik, pariwisata, dan aspek-aspek duniawi lainnya secara berlebihan dapat menyebabkan hati mmenjadi kering, keras, dan hampa dari siraman kasih saying illahi. Allah sebagai sumber ketentraman hidup telah terusir dari relung hati kita.

    Dengan menyadari secara mendalam bahwa penyebab utama dari penyakit kegersangan hati adalah cinta dunia yang berlebihan, maka menurut Ibnul Qayyim, cara untuk mengantisipasi dan menanganinya adalah melakukan penyadaran diri secara sunggug-sungguh. Ia harus berusaha menghindarkan diri dari kecintaan dunia secara berlebihan dan keterpautan hati dengan akhirat harus ditumbuh suburkan. Hati harus disirami dengan zikir, diguyur dengan tafakur, dialiri dengan tobat, dan dibersihkan dari segala dosa, agar kebeningan hati bisa terwujud.

    Hati bisa sakit seperti badan. Penawar sakit hati adalah tobat dan menjaganya. Hati jiga bisa suram seperti halnya cermin. Untuk membersihkannya diperlukan zikir,. Hati bisa telanjang seperti halnya badan. Hiasannya adalah takwa. Hati juga bisa lapar dan dahaga layaknya seperti badan. Makanan dan minumnya adalah mak-rifatullah, cinta, tawakal dan kepatuhan kepada Allah. Jika Allah telah memenuhi relung hati manusia, maka hati pun menjadi lapang, bercahaya, bening, jernih dan teduh. Dunia selamanya tidak akan pernah mampu menentramkan hati, kecuali dzikrullah, sebagaimana dijelaskan dalam firman berikut :
"....Ketahuilah, hanya dengan mengingat Allahlah hati menjadi tenang. (Ar-Ra’ad: 28)..."

    Siapapun yang belum mampu menghadirkan Allah di dalam hatinya, maka ia telah kehilangan harta yang sangat berharga dalam hidupnya, yakni dzikrullah. Oleh sebab itu, kejarlah harta itu, sebab dia membuat jiwa kaya dan hati tenang serta damai.

    Nah sekarang kalian semua udah tahu kan apa itu split personality, kematian cinta sejati, kegersangan hati dan bagaimana sih cara mencegah kegersangan hati itu. Semoga tulisan saya kali ini bisa bermanfaat untuk diri saya sendiri dan orang-orang di sekitar saya. 

    Sekian tulisan saya dan pesan saya hanya satu, tetap jagalah hati kalian sebaik-baiknya dan jangan pernah galau-galauan lagi ya buat teman-teman ku yang sering galau. Karena sebenarnya galau itu gak enak dan gak banget. Jadi, HIDUP TIDAK GALAU. (y)  ;)

Daftar Pustaka
 Albani Muhammad.2011.Agar Hati Tak Mati Berkali-kali.Solo:Era Adicitra Intermedia

Rabu, 21 Maret 2012

KESEHATAN MENTAL,

1. 1. Jelaskan apa itu konsep sehat beserta dimensinya ?
  Konsep sehat yaitu keadaan sehat baik fisik, emosional (emosi yang masih bisa dikontrol atau dikendalikan), pikiran atau intelektual (berfikir positif), sosial (fleksibel ketika  berinteraksi sosial dengan  lingkungan sekitar) dan spiritual (dengan melakukan ibadah dan aturan-aturan agama yang dianutnya).  Dahulu batasan dimensi kesehatan hanya meliputi tiga dimensi yaitu fisik, mental dan sosial. Namun dalam Undang-undang No.36 Tahun 2009, kesehatan mencakup 4 aspek yaitu : fisik, mental, sosial dan ekonomi. Dalam hal ini bahwa kesehatan seseorang tidak hanya dilihat dari fisik, mental dan sosial semata tetapi dilihat dan diukur pula dari aspek produktifitasnya dalam hal perekonomian dalam arti mempunyai pekerjaan yang dapat menghasilkan sesuatu secara ekonomi. Dengan begitu berarti dia dapat menghidupi dirinya sendiri dan keluarganya bila dia telah mempunyai keluarga. Namun, bagi yang belum memasuki dunia kerja seperti anak-anak dan remaja produktifitasnya bisa dilihat dari sosial-ekonomi yaitu dengan menunjukkan prestasi yang baik, baik dalam bidang akademik maupun nonakademik. Sedangkan bagi yang usia lanjut atau para pensiunan produktifitasnya bisa dilihat dari kegiatan sosial dan keagamaan yang bermanfaat baik untuk dirinya sendiri maupun untuk orang-orang di sekitarnya.

2.     2.  Jelaskan mengenai sejarah perkembangan kesehatan mental ?
Pada zamannya, manusia purba sering mengalami gangguan-gangguan baik mental maupun fisik seperti infeksi arthritis, penyakit pernapasan dan usus. Tetapi penyakit mental pada saat itu benar benar ditangani cara pandang mereka adalah  merawatnya sama seperti penyakit fisik, karena berfikir bahwa mental dan fisik disebabkan oleh penyebab yang sama, yakni roh-roh jahat, halilintar atau mantera-mantera musuh. Jadi tindakan perawatan yang diberikan untuk penyakit bauk mental maupun fisik adalah seperti menggosok, menjilat, menghisap, memotong dan membalut. Atau juga menggunakan mantera, obat keras dan sihir atau cara-cara lain yang mungkin terpikirkan oleh kawan-kawannya, pemimpin-pemimpinnya atau ia sendiri. Tetapi sungguh menggembirakan karena para pasien sakit mentak diperlakukan secara manusiawi. Mereka tidak dibuang oleh masyarakat, dikurung dalam gua-gua, atau ditertawakan, dipukuli, atau juga dibunuh. Betapapun nenek moyang kita liat dan pengetahuannya kurang, namun dalam menangani penyakit mental mereka memakai cara-cara yang tidak kelihatan lagi pada masa-masa kemudian. Sedangkan dalam peradaban yang dikenal di Mesir, Mesopotamia , India, Cina dan lainnya sepanjang zaman kuno (dari 5000 SM sampai 500 tahun M), penyakit mental mulai menjadi hal umum. Di Mesopotamia, penyakit mental dihubungkan dengan roh atau setan dan perawatannya dilakukan dengan upacara-upacara agama dan magis agar setan keluar dari tubuh si pasien. Sedangkan di Mesir, ilmu kedokteran agak lebih maju dan rasional. Contohnya seperti yang otak digambarkan untuk pertama kalinya dan diketahui juga peranannya dalam proses mental,dan disana juga dikembangkan terapi untuk pasien berupa rekreasi dan pekerjaan,serta diterapkan juga psikoterapi untuk mengobati penyakit mental. Sedangkan di Yahudi, penyakit mental diartikan sebagai suatu hukuman dari Tuhan dan hanya diobati dengan bertaubat. Tapi perhatian orang Yahudi juga memperhatikannya dari segi kemanusiaan dan ilmu kedokteran, bahkan pada tahun 490 M didirikan  rumah sakit di Yerusalem untuk para pasien penyakit mental. Lalu pada abad pertengahan, gangguan mental tidak dianggap sebagai penyakit. Banyak kebiasaan yang telah dilakukan dalam ilmu kedokteran sebelumnya tidak dilanjutkan,dan hal yang lebih buruk seperti takhayul dan ilmu tentang setan malah dihidupkan kembali. Pada abad ini masih merupakan proses peralihan dan pendekatan demonologis ke pendekatan ilmiah terhadap penyakit mental karena memang tidak terjadi dalam waktu yang singkat. Disini dipusatkan pada klasifikasi dan system, suatu hal yang mungkin sama dengan analisis system. Kekangan-kekangan yang sangat kejam terhadap para pasien sakit mental dan menyarankan agar memberikan perawatan yang manusiawi terhadap orang-orang gila di Jerman sangat ditentang dan yang terakhir pada tahun 1900- an, gangguan mental dianggap sebagai bukan penyakit. Dilakukannya usaha untuk menolong para pasien sakit mental tetapi akhir abad itu dokter-dokter belum menemukan penyebab atau pencegahan, penyembuhan, atau perawatan yang efektif terhadap penyakit mental meskipun mereka telah mengklasifikasikan beribu-ribu macam kekalutan mental.

A.     TEORI PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN MENURUT ERIKSON.
Teori Psikososial tentang Perkembangan.
      Seperti telah kita kemukakan, perkembangan  berlangsung melalui tahap-tahap – seluruhnya ada delapan tahap menurut jadwal yang dikemukakan Erikson. Empat tahap yang pertama terjadi pada masa bayi dan masa kanak-kanak, tahap kelima pada masa adolesen, dan ketiga tahap terakhir pada tahun-tahun deawa dan usia tua. Dalam tulisan-tulisan Erikson, tekanan khusus diletakkan pada masa adolesen karena pada masa tersebut merupakan peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Apa yang terjadi pada tahap ini sangat penting bagi kepribadian dewasa.
      Meminjam kata Erikson,  “ … apa saja yang tumbuh memiliki sejenis rencana dasar, dan dari rencan dasar ini muncullha bagian-bagian, setiap bagian memiliki waktu masing-masing untuk mekar, sampai semua bagian bersama-sama ikut membentuk suatu keseluruhan yang berfungsi “ (1968,hlm.92).
1.      Kepercayaan Dasar vs Kecurigaan Dasar (0-1 tahun).
·         Kepercayaan dasar yang paling awal terbentuk selama tahap sensorik-oral dan ditunjukkan oleh bayi lewat kapasitasnya untuk tidur dengan tenang, menyantap makanan dengan nyaman dan membuang kotoran dengan santai.
·         Antara kepercayaan dasar vs kecurigaan dasar akan tumbuh pengharapan.
·         Tahap ritualisasi numinous : perasaan bayi akan kehadiran ibunya.
·         Separation : bayi merasa dipisahkan.
·         Abandonment : bayi merasa di buang.
·         Penyimpangan numinous : idolisme (anal).
2.      Otonomi vs Perasaan malu dan keragu-raguan (2-3 tahun).
·          Tahap kedua (tahap muscular-anal dalam skema psikososial).
·         Nilai kemauan.
·         Tahap ritualisasi bijaksana (judicious) : dapat membedakan benar dan salah.
·         Pseudospesies : sumber prasangka dalam diri manusia.
·          Penyimpangan judicious : legalisme.
3.      Inisiatif vs Kesalahan (3-6 tahun).
·         Tahap ketiga yaitu inisiatif : memperluas penguasaan dan tanggung jawab.
·         Bahaya pada tahap ini perasaan bersalah.
·         Nilai : tujuan
·         Ritualisasi dramatik.
·         Penyimpangan : impersonasi sepanjang hidup /melakukan dramatic sepanjang hidup.
4.      Kerajinan vs Inferioritas (l6-11 tahun).
·         Tahap ke empat : mengontrol imajinasi.
·         Nilai : kompetensi.
·         Ritualsasi formal.
·         Penyimpangan : formalisme.
5.      Identitas vs Kekacauan identitas (mulai 12 tahun).
·         Ritualisasi ideologi.
·         Penyimpangan : totalisme.
·         Totalisme : preokupasi fanatik dan ekslusif dengan apa yang kelihatannya benar.
6.      Keintiman vs  Isolasi (dewasa awal).
·         Nilai : cinta.
·         Ritualisasi afiliatif : berbagi bersama dalam pekerjaan, persahabatan, dan cinta.
·         Ritualisasi  : elitisme (terungkapkan lewat pembentukan  kelompok – kelompok ekslusif).
7.      Generativitas  vs Stagnasi (dewasa).
·         Nilai : pemeliharaan.
·         Ritualisasi : sesuatu yang generasional.
·         Penyimpangan : autoritisme (pencaplokan/penrongrongan kekuasaan yang bertentangan dengan pemeliharaan).
8.      Integritas vs Keputusasaan.
·         Nilai : bijaksana.
·         Ritualisasi : integral.
·         Erikson mengusulkan sapientisme : “kedunguan dengan berpura-pura bijaksana”.

B.      TEORI PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN MENURUT FREUD.

B.1. Perkembangan Kepribadian.
Freud mungkin merupakan psikolog pertama yang menekankan aspek-aspek perkembangan kepribadian dan terutama menekankan peranan menentukan dari tahun-tahun awal masa bayi dan kanak-kanak dalam meletakkan struktur watak dasar sang pribadi. Freud berpendapat bahwa kepribadian telah cukup terbentuk pada akhir  tahun kelima, dan bahwa perkembangan selanjutnya sebagian besar hanya merupakan elaborasi terhadap struktur dasar itu. Secara tak terelakkan, eksplorasi-eksplorasi mental mereka menjurus ke arah pengalaman-pengalaman awal masa kanak-kanak, yang ternyata berperanan menentukan terhadap perkembangan neurosis di kemudian hari.
Kepribadian berkembang sebagai respon terhadap empat sumber tegangan pokok, yakni : (1) proses-proses pertumbuhan fisiologis (2) frustasi-frustasi (3) konflik-konflik (4) ancaman-ancaman. Identifikasi dan pemindahan (displacement) adalah dua cara yang digunakan individu untuk belajar mengatasi frustasi-frustasi, konflik-konflik, dan kecemasan-kecemasan.
Identifikasi dapat didefinisikan sebagai metode yang digunakan orang untuk mengambil alih ciri-ciri orang lain dan menjadikannya bagian yang tak terpisahkan dari kepribadiannya sendiri. Orang  belajar mereduksikan tegangan dengan cara bertingkah laku seperti tingkah laku orang lain. Freud lebih suka memakai istilah identifikasi daripada imitasi karena ia berpendapa bahwa imitasi mengandung arti sejenis peniruan tingkah laku yang bersifat dangkal dan sementara padahal ia menginginkan suatu kata mengandung pengertian tentang sejenis pemerolehan (acquisition) yang kurang lebih bersifat permanen pada kepribadian.
Anak mengidentifikasikan diri dengan orangtuanya karena orangtuanya tampak mahakuasa, sekurang-kurangnya selama tahun-tahun masa kanak-kanak awal. Ketika anak-anak bertambah beasar, mereka menemukan orang-orang lain yang prestasi-prestasinya lebih sejalan dengan hasrat-hasrat baru mereka untuk diidentifikasi. Terdapat coba-coba (trial and error) dalam proses identifikasi karena baisanya orang tidak tahu dengan psti apa yang terdapat pada orang lain yang menyebabkan keberhasilannya. Ujain terakhir adalah apakah identifikasi itu membantu mereduksikantegangan; jika ya maka kualitas itu diambil alih, kalau tidak, maka akan dibuang. Orang –orang dapat mengidentifikasikan diri dengan bintang-bintang, tokoh khayalan, lembaga-lembaga, gagasan-gagasan abstrak, benda-benda mati maupun manusia–manusia lain.
Identifikasi juga merupakan cara dengan mana orang dapat memperoleh kembali suatu objek yang telah hilang. Anak-anak yang ditolak orangtuanya cenderung membentuk identifikasi yang kuat dengan mereka dengan harapan bisa memperoleh cinta mereka. Orang juga dapat mengidentifikasi diri dengan seseorang karena takut. Anak mengidentifikasikan larangan-larangan orangtuanya untuk menghindarkan diri dari hukuman. Identifikasi semacam ini merupakan pembentukan superego.
Apabila objek asli yang dipilih insting tidak dapat dicapai karena adanya rintangan baik dari luar maupun dari dalam (anti kateksis), maka suatu kateksis yang baru akan terbentuk, kecuali jika terjadi suatu represi yang kuat. Apabila kateksis yang baru itu juga terhalang, maka akan terjadi pemindahan lain, demikian seterusnya, sampai ditemukan objek yang mampu sedikit mengurangi tegangan yang tak tersalukan. Suatu pemindahan yang menghasilkan prestasi kebudayaan yang lebih tinggi disebut sublimasi.
                  B.2. Tahap – tahap perkembangan.
Anak melewati serangkaian tahap yang secara dinamis  berlainan selama lima tahun pertama kehidupan, kemudian selam sautu periode lima atau enam tahun berikutnya – periode laten dinamika tersebut kurang lebih menjadi stabil. Dengan datangnya masa adolesen, dinamika itu muncul lagi kemudian secara bertahapan menjadi tenang ketika remaja memasuki masa dewasa. Bagi Freud tahun-tahun pertama kehidupan yang hanya beberapa itu memiliki peranan yang menentukan bagi pembentukan kepribadian. Masing-masing tahap perkembangan selama lima tahun pertama ditentukan oleh cara-cara reaksi suatu zona tubuh tertentu. Selama tahap pertama, yang berlangsung selama kira-kira satu tahun, mulut merupakan daerah pokok kegiatan dinamik. Tahap oral disusul dengan berkembangnya kateksis dan antikateksis disekitar fungsi-fungsi eliminasi, dan disebut tahap anal. Tahap ini berakhir pada tahun kedua dan disusul dengan tahap phalik di mana organ-organ seks merupakan zona-zona erogen terpenting.
Tahap-tahap ini yakni oral, anal dan phalik disebut tahap-tahap pragenital. Munculnya kembali dinamika pada masa adolesen yang dinamis mengaktifkan kembali impuls-impuls pragenital. Apabila impuls-impuls ini berhasil dipindahkan dan disublimasikan oleh ego maka sampailah orang pada tahap kematangan yang merupakan tahap akhir, yakni tahap genital.

C.     Kepribadian Sehat.
Istilah kepibadian di gunakan di sini untuk mencakup segala sesuatu mengenai inidividu dan si teoretikus biasanya mendaftar konsep-konsep yang dianggap sangat penting untuk menggambarkan individu serta mengemukakan bahwa kepribadian terdiri dari konsep – konsep ini. Kepribadian merupakan istilah untuk menunjukkan hal-hal khusus tentang individu dan yang membedakannya dari semua orang lain. Karena setiap individu itu unik maka kepribadian setiap individu pun unik dan jarang atau mungkin malah tidak ada yang mirip sekalipun mereka anak kembar, pasti ada perbedaan yang menonjol dari kepribadian mereka.
Kepribadian sehat adalah kepribadian yang sehat baik secara fisik, emosi, spiritual dsb. Jika kita mampu menahan emosi kita secara teratur dan dapat menempatkan emosi kita sesuai dengan keadaan yang sedang dialami, itu bisa dibilang bahwa kepribadian kita sehat. Dengan kita berperilaku sesuai dengan situasi dan kondisi dimana serta kapan kita berada itu pun akan membuktikan bahwa kepribadian kita sehat. Semua itu akan lebih lengkap lagi apabila fisik kita pun sehat dengan banyak berolahraga, makan-makanan yang sehat yaitu 4 sehat 5 sempurna, banyak minum air putih dan gaya hidup sehat secara teratur dan terkontrol semua itu akan membuat kita dapat merasakan betapa indahnya hidup sehat, karena sehat itu mahal jadi jagalah kesehatan dengan sebaik-baiknya. Lebih baik menjaga daripada mengobati.

            Sekian tulisan saya kali ini dengan tema “ KESEHATAN MENTAL”. Semoga tulisan saya kali ini bermanfaat untuk diri saya sendiri dan orang-orang di sekitar saya yang sangat saya sayangi. Jangan lupa minta komentarnya ya untuk tulisan saya ini, agar semakin hari semakin bagus. Alhamdulillah ya…… :) 

 
 DAFTAR PUSTAKA
·         Notoatmodjo, Soekidjo.2010.Promosi Kesehatan Teori & Aplikasi.Rineka Cipta:Jakarta.
·         Siswanto.(2007).Kesehatan Mental : Kesehatan Mental – Konsep, Cakupan dan Perkembangannya.Yogyakarta: ANDI
·         Hall, Calvin s. dan Lindzey Gardner.1993.Psikologi kepribadian 1 teori-teori Psikodinamik (klinis).kanisius:Yogyakarta.
·         Direja, Surya A.H.2011.Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa.Nuha Medika:Yogyakarta